SURABAYA – Ormawa atau Organisasi Kemahasiswaan kini menghadapi problem minim peminat. Tepatnya di tengah gebyar marak saat ini program di luar kampus yang terasa berbonus lebih besar. Organisasi kemahasiswaan perlu ada pembaruan relevansi.
Ketua BEM Periode 2022/2023 UNAIR Yoga Haryo Prayoga berbagi pengalaman lika-liku minat organisasi selama kepemimpinanya. Saat ini minat keikutsertaan mahasiswa ikut ambil bagian dalam berorganisasi memang masih tinggi.
Namun, dalam skala lebih kecil dalam program kerja organisasinya, peminatnya memang mengalami penurunan. Sehingga kesulitan dalam mencari anggota kepanitiaan untuk terlibat dalam program kerja.
“Tapi, penting untuk memahami bahwa jangan sampai terjerembab untuk menyalahkan keadaan tanpa introspeksi sejauh apa harus merestrukturisasi program, ” ujarnya, Kamis (1/6).
Penataan Relevansi Organisasi
Organisasi menjadi sarana pembelajaran hal fundamental sebagai seorang mahasiswa untuk mengarungi dunia pasca-kuliah. Menariknya sekarang ini, minat mahasiswa lebih condong untuk mengikuti kegiatan dengan benefit seperti program magang.
Ormawa tidak mampu menawarkan hal-hal yang mahasiswa lebih butuhkan. Sementara karakter mahasiswa sekarang senang dengan hal praktis dan efektif.
“Hal itu sah-sah saja mengingat karakter tiap generasi pasti berbeda-beda. Misalnya, gen Z yang cenderung lebih ingin semua hal selesai dengan cepat dan instan. Serta terlaksana secara lebih individualis, ” tuturnya.
Karena itu, Yoga mengungkapkan bahwa perlu ada penataan ulang relevansi organisasi mahasiswa agar menarik minat mereka. Ormawa yang sehat akan mengajarkan loyalitas, ketahanan kerja, kreativitas, mentalitas, kepemimpinan, dan strategi pemecahan masalah.
“Hal-hal tersebut menurut saya sulit didapatkan di ruang-ruang yang mendapat feedback materi, ” ungkapnya.
Baca juga:
Rektor Dwijendra Dorong Tercapainya SDGs
|
Ketua BEM FISIP Yoga Haryo (Sosiologi 2018) dan Wakil Ketua BEM FISIP Fety Vanda (Ilmu Komunikasi 2018. (Foto: Dokumen Pribadi)
Peran Penting Yang Tak Boleh Lupa
Mahasiswa memiliki peranan intelektual publik sebagai sarana penjembatan kepentingan masyarakat luas dengan pemerintah. Lewat hal tersebut, masyarakat masih sangat memerlukan peran aktivisme mahasiswa sebagai penyeimbang kaum intelektual dan pemerintah dalam menjaga marwah berbangsa dan bernegara. Dengan dinamika yang ada, mahasiswa tetap harus mengkritisi setiap kebijakan yang tidak sesuai untuk kesejahteraan publik.
“Saya pribadi masih optimistis kawan-kawan mahasiswa masih mampu untuk selalu kritis terhadap pemerintah dan kebijakannya, ” tutur Yoga.
Silabus dan Sistem Kerja Termutakhir
Ormawa, terutama di Universitas Airlangga, harus mampu merumuskan silabus dan sistem kerja organisasi termutakhir. Agar mampu memberikan relevansi dengan perkembangan minat mahasiswa saat ini.
Tidak perlu untuk seolah menang dan kalah dengan MBKM atau program magang lainnya. Tetaplah fokus pada penguatan ekosistem organisasi yang berkelanjutan dan tetap adaptif dengan perkembangan yang ada.
“Teruntuk kawan-kawan mahasiswa, semoga tetap mengasah dirinya di ruang-ruang organisasi. Karena, ada beberapa hal fundamental yang sangat berguna bagi kawan-kawan jika mengikuti organisasi. Tetap kritis dan mengasah kreativitas, ” tegas Yoga.
Penulis: Monika Astria Br Gultom
Editor: Feri Fenoria